CLOSE
Wall Street Bergerak Positif VS Krisis Properti China dan Drama Batubara
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6581. Indeks ditopang oleh sektor Technology (4.53%), Transportation & Logistic (2.346%), Financials (1.841%), Infrastructures (1.394%), Energy (1.106%), Properties & Real Estate (0.96%), Basic Materials (0.771%), Consumer Non-Cyclical (0.53%), Industrials (0.054%), kendati dibebani oleh sektor Healthcare (-0.163%), Consumer Cyclicals (-0.413%) yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6620 dan level resistance 6690. Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) finis di 36.493,24 atau naik 0,43%. S&P 500 berakhir di 4.786,66 (0,44%) dan Nasdaq Composite menyelesaikan hari di 15.792,61 (0,94%).
Sentimen pertama yaitu perkembangan positif di Wall Street. Hijaunya Wall Street dapat menjadi penyemangat bagi pelaku pasar di Asia untuk mencapai hal yang sama, termasuk di Indonesia.
Sentimen kedua yaitu Kabar yang kurang baik dari China, kabar terkait krisis properti China. Kegagalan bayar utang (default) membayangi perusahaan properti Negeri Panda, paling heboh tentu yang dialami Evergrande, perusahaan properti terbesar kedua di China. Evergrande memiliki kewajiban lebih dari US$ 300 miliar, termasuk hampir US$ 20 miliar obligasi valas. Sepertinya obligasi valas itu bakal default karena bulan lalu investor gagal menerima pembayaran kupon. Selain itu, apabila Evergrande dan perusahaan properti lain kolaps, maka bakal berdampak sistemik. Banyak vendor yang bakal dirugikan, dan tidak sedikit utang bank yang tidak terbayar. Jadi, kabar dari sektor properti China akan menjadi faktor yang bisa mewarnai perdagangan di pasar.
Sentimen ketiga yaitu dari dalam negeri, terkait drama batubara. Akhir pekan lalu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menghentikan sementara ekspor batu bara selama sebulan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara ke pembangkit listrik, yang pasokannya semakin menipis. Larangan ekspor sementara memang bertujuan mulia, menjaga pasokan listrik di dalam negeri. Namun masalahnya, Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar dunia. Pada 2019, Indonesia mengirim 455 juta ton batu bara ke pasar global. Tanpa pasokan dari Indonesia, tidak sedikit negara yang bakal kerepotan. Di China, batu bara asal Indonesia berkontribusi terhadap 70-80% total impor. Sementara di India diperkirakan mencapai 45-50% batu bara asal Indonesia. Tahun lalu, kelangkaan pasokan energi menyebabkan harga sejumlah komoditas naik, termasuk batu bara. Keputusan pemerintah Indonesia berpotensi bakal menyebabkan hal serupa. (source : CNBC Indonesia)
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com